07 Oktober 2009

Edan... 2 Pilot Ceburkan 1.000 Orang ke Laut !

Berita ini membuat siapapun terhenyak ketika mendengarnya, walaupun kejadian ini terjadi pada 1970-1980, tapi benar-benar sebuah perbuatan yang tidak berperikemanusiaan.

Kemarin, dalam sebuah sidang di Madrid, Spanyol, hakim memutuskan untuk tetap menahan seorang pilot asal Argentina di penjara negara itu sampai ada keputusan apakah dia harus diekstradisi atau tidak ke Argentina.


Dia dituduh terlibat dalam kasus "pesawat kematian". Keputusan ekstradisi atau tidak itu akan dilakukan pada pekan ini dalam sidang kasus yang menewaskan sedikitnya 1.000 tawanan pada kurun 1970-1980 itu. "Pesawat kematian" merujuk pada suatu peristiwa mengenaskan yang terjadi dalam rangkaian "perang kotor" di Argentina antara tahun 1970-1980.


Dalam peristiwa "pesawat kematian" ini, dua pilot Angkatan Laut (AL) Letnan Alberto Poch dan Kapten Emir Sisul Hess dituduh telah melemparkan 1.000 tawanan dari dalam pesawat yang mereka piloti saat sedang terbang di atas Samudera Atlantik.


Menurut keterangan seorang hakim pengadilan Valencia, forum dengar publik terhadap Poch akan dilaksanakan di Madrid, beberapa hari sebelum sidang yang melibatkan dirinya digelar. Menjelang forum dengar publik terhadap Poch, seorang hakim Argentina juga telah mengajukan permohonan kepada pengadilan Spanyol agar Poch dapat dikirim kembali ke Argentina.


Permohonan pengiriman Poch dilayangkan agar pilot ini dapat melanjutkan sesi pengadilan terkait kasus "pesawat mematikan" yang terjadi pada era kediktatoran sayap kanan, yang berkuasa antara tahun 1976-1983.


Minggu lalu, penahanan terhadap pilot "pesawat kematian" juga terjadi di Argentina. Mantan anggota AL, Kapten Emir Sisul Hess, ditangkap di Bariloche, kawasan perbatasan antara Argentina dan Cile. Pejabat pengadilan federal, Cecilia Brizzio, menjelaskan kepada CNN, sidang terhadap Sisul telah dilangsungkan Jumat lalu (2/10).

Poch dan Sisul Hess didakwa atas beberapa tuduhan, yaitu menerbangkan pesawat induk yang membawa tawanan perang dan melemparkan mereka di atas kawasan Rio Plata, Lautan Atlantik.


Sebelum dilemparkan, para tawanan ini terlebih dahulu ditutup matanya oleh Poch dan Sisul. Para tawanan yang tewas dalam peristiwa ini terdiri atas pelajar, para pemimpin kaum buruh, ilmuwan, dan kelompok kiri. Mereka ditawan karena ideologi politiknya dianggap mengancam kekuasaan diktator Argentina.


AL menangkap dan menawan para korban "pesawat kematian" dengan mengabaikan prosedur hukum yang berlaku. Mereka (para tawanan) ditarik dari jalanan, dibawa, dan disiksa di penjara rahasia. Salah seorang tertuduh dalam kasus "pesawat kematian", Sisul Hess, menyanggah dugaan pengadilan yang dilayangkan kepadanya.


Pihak Pemerintah Argentina memberikan keterangan kepada kantor berita Telam bahwa Sisul diduga bertanggung jawab atas tewasnya 900 tawanan. Namun, dia membantah keterlibatannya
dalam peristiwa mengenaskan tersebut.


• Okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar