Fenomena alam awan berbentuk UFO di Moskow, Rusia, mengingatkan publik akan rekam jejak negara itu di masa lalu. Misteri Tunguska.
Misteri alam lebih dari 100 tahun itu kini meninggalkan jejak berupa padang rumput yang dikenal dengan nama Devil's Cemetery.
Juni 1908, sebuah ledakan misterius yang diduga kedahsyatannya mencapai 1.000 kali lebih kuat dari bom atom Hiroshima itu, menghantam sebuah hutan di wilayah Tunguska, pedalaman Siberia, Rusia.
Ledakan mahadahsyat pada pukul tujuh pagi waktu setempat itu, menghanguskan 80 juta batang pohon seluas 830 mil persegi. Disebutkan pula sebanyak 80 juta pohon terbakar. Beruntung tidak ada korban jiwa. Karena lokasi ledakan jauh dari pemukiman.
Banyak teori, dari mulai yang dapat dipertanggungjawabkan sampai yang mendapat pengakuan, mengemukakan tentang misteri ledakan di langit Podkamennaya itu.
Dampak ledakan yang disebut mencapai 30 megaton itu juga dikatakan menimbulkan guncangan di permukaan bumi hingga mencapai 5.0 skala richter (SR). Tidak hanya itu, sesaat kemudian sebuah gelombang ledakan membentang sejauh 40 kilometer, memporakporandakan semua kehidupan.
Ada ilmuwan yang menduga ledakan itu akibat jatuhnya meteor raksasa. Tapi teori itu dinilai tidak sempurna. Salah satu alasan tidak diterimanya teori itu karena dalam misteri Tunguska ini tidak ditemukan adanya kawah bekas tumbukan.
Ilmuwan dengan teori lain menyimpulkan, ledakan berasal dari komet yang menghujam bumi. Lagi-lagi teori ini dinilai kurang tepat. Alasannya, tidak ditemukan partikel-partikel yang terkandung dalam komet itu di permukaan Tunguska.
***
Pada Mei 2009, hasil penelitian ilmuwan Rusia Yuriv Lavbin cukup mengejutkan. Dia menyimpulkan, makhluk asing alien menjatuhkan meteorit Tunguska untuk melindungi planet bumi dari kehancuran. Dua tumbukan meteorit raksasa terjadi.
Ia memperlihatkan kristal 10 kwarsa yang ditemukan di tempat meteor itu jatuh. Beberapa kristal memiliki lubang di tengah yang dapat disatukan dengan seperti rantai. Kesimpulan itu dimuat Macedonian International News Agency atau MINA pada edisi 26 Mei 2009.
Lavbin menyatakan bahwa batuan kristal padat semacam itu tidak terdapat di planet Bumi. Ilmuwan awalnya pernah mencoba untuk menggambar gambaran yang serupa dengan yang ada di batu itu dengan mesin laser yang canggih.
Betapa mengejutkan ketika mereka menyadari kalau laser yang biasanya digunakan untuk memotong logam menjadi potongan kecil, hanya mampu membuat garis-garis redup, hampir tidak terlihat.
Batu-batu itu memiliki tata garis dan lingkaran yang berbeda. Ilmuwan menduga bahwa batu-batu itu dulunya adalah bagian dari sistem navigasi sutau pesawat antariksa. Seluruh batu yang disatukan akan membentuk sebuah peta, dimana dulu digunakan untuk menjelajah alam semesta.
****
Pada 30 Juni 2008, lembaga antariksa Amerika Serikat (NASA) mempublikasikan tulisan untuk 'memperingati' 100 tahun peristiwa Tunguska. NASA menulis, pada bulan yang sama di tahun 1908, seorang pria tengah duduk di teras tempatnya bekerja di Vanavara, Siberia.
Hal kecil dialami pria tadi. Dalam beberapa saat, dia terhempas dari kursi dan merasakan hawa panas di tubuh. Dia baru sadar, panas yang timbul itu akibat dari baju yang dia kenakan sedang terbakar. Lokasi si pria yang mengalami kejadian itu berjarak sekitar 64 kilometer dari 'ground zero' Tunguska.
Semua ilmuwan, termasuk di NASA masih membicarakan tentang dampak ganas yang terjadi sekitar 100 tahun lalu itu. Ekspedisi ilmiah pertama yang mendekati area lokasi misteri itu baru muncul pada 19 tahun kemudian.
Pada 1921, Leonid Kulik, kepala kurator museum di St Petersburg memimpin ekspedisi Tunguska. Sayangnya, kondisi lapangan yang keras menyebabkan tim kesulitan menembus lokasi utama.
Pada 1927, ekspedisi kedua yang juga masih di pimpin Leonid mencapai lokasi utama. "Pertama kalinya, warga setempat mengatakan yang sebenarnya terjadi kepada Kulik tentang kejadian itu," kata Yeomans.
Masyarakat setempat menyebut, bencana itu akibat kemurkaan Tuhan yang meluluhlantakkan area. Akibatnya, pepohonan serta hewan-hewan mati seketika.
"Jika kita ingin memulai pembicaraan tentang segala hal yang berbau asteroid, hanya satu kata yakni Tunguska," kata Don Yeomans, manajer Objek Asing pada Laboratorium Jet NASA.
• VIVAnews
Misteri alam lebih dari 100 tahun itu kini meninggalkan jejak berupa padang rumput yang dikenal dengan nama Devil's Cemetery.
Juni 1908, sebuah ledakan misterius yang diduga kedahsyatannya mencapai 1.000 kali lebih kuat dari bom atom Hiroshima itu, menghantam sebuah hutan di wilayah Tunguska, pedalaman Siberia, Rusia.
Ledakan mahadahsyat pada pukul tujuh pagi waktu setempat itu, menghanguskan 80 juta batang pohon seluas 830 mil persegi. Disebutkan pula sebanyak 80 juta pohon terbakar. Beruntung tidak ada korban jiwa. Karena lokasi ledakan jauh dari pemukiman.
Banyak teori, dari mulai yang dapat dipertanggungjawabkan sampai yang mendapat pengakuan, mengemukakan tentang misteri ledakan di langit Podkamennaya itu.
Dampak ledakan yang disebut mencapai 30 megaton itu juga dikatakan menimbulkan guncangan di permukaan bumi hingga mencapai 5.0 skala richter (SR). Tidak hanya itu, sesaat kemudian sebuah gelombang ledakan membentang sejauh 40 kilometer, memporakporandakan semua kehidupan.
Ada ilmuwan yang menduga ledakan itu akibat jatuhnya meteor raksasa. Tapi teori itu dinilai tidak sempurna. Salah satu alasan tidak diterimanya teori itu karena dalam misteri Tunguska ini tidak ditemukan adanya kawah bekas tumbukan.
Ilmuwan dengan teori lain menyimpulkan, ledakan berasal dari komet yang menghujam bumi. Lagi-lagi teori ini dinilai kurang tepat. Alasannya, tidak ditemukan partikel-partikel yang terkandung dalam komet itu di permukaan Tunguska.
***
Pada Mei 2009, hasil penelitian ilmuwan Rusia Yuriv Lavbin cukup mengejutkan. Dia menyimpulkan, makhluk asing alien menjatuhkan meteorit Tunguska untuk melindungi planet bumi dari kehancuran. Dua tumbukan meteorit raksasa terjadi.
Ia memperlihatkan kristal 10 kwarsa yang ditemukan di tempat meteor itu jatuh. Beberapa kristal memiliki lubang di tengah yang dapat disatukan dengan seperti rantai. Kesimpulan itu dimuat Macedonian International News Agency atau MINA pada edisi 26 Mei 2009.
Lavbin menyatakan bahwa batuan kristal padat semacam itu tidak terdapat di planet Bumi. Ilmuwan awalnya pernah mencoba untuk menggambar gambaran yang serupa dengan yang ada di batu itu dengan mesin laser yang canggih.
Betapa mengejutkan ketika mereka menyadari kalau laser yang biasanya digunakan untuk memotong logam menjadi potongan kecil, hanya mampu membuat garis-garis redup, hampir tidak terlihat.
Batu-batu itu memiliki tata garis dan lingkaran yang berbeda. Ilmuwan menduga bahwa batu-batu itu dulunya adalah bagian dari sistem navigasi sutau pesawat antariksa. Seluruh batu yang disatukan akan membentuk sebuah peta, dimana dulu digunakan untuk menjelajah alam semesta.
****
Pada 30 Juni 2008, lembaga antariksa Amerika Serikat (NASA) mempublikasikan tulisan untuk 'memperingati' 100 tahun peristiwa Tunguska. NASA menulis, pada bulan yang sama di tahun 1908, seorang pria tengah duduk di teras tempatnya bekerja di Vanavara, Siberia.
Hal kecil dialami pria tadi. Dalam beberapa saat, dia terhempas dari kursi dan merasakan hawa panas di tubuh. Dia baru sadar, panas yang timbul itu akibat dari baju yang dia kenakan sedang terbakar. Lokasi si pria yang mengalami kejadian itu berjarak sekitar 64 kilometer dari 'ground zero' Tunguska.
Semua ilmuwan, termasuk di NASA masih membicarakan tentang dampak ganas yang terjadi sekitar 100 tahun lalu itu. Ekspedisi ilmiah pertama yang mendekati area lokasi misteri itu baru muncul pada 19 tahun kemudian.
Pada 1921, Leonid Kulik, kepala kurator museum di St Petersburg memimpin ekspedisi Tunguska. Sayangnya, kondisi lapangan yang keras menyebabkan tim kesulitan menembus lokasi utama.
Pada 1927, ekspedisi kedua yang juga masih di pimpin Leonid mencapai lokasi utama. "Pertama kalinya, warga setempat mengatakan yang sebenarnya terjadi kepada Kulik tentang kejadian itu," kata Yeomans.
Masyarakat setempat menyebut, bencana itu akibat kemurkaan Tuhan yang meluluhlantakkan area. Akibatnya, pepohonan serta hewan-hewan mati seketika.
"Jika kita ingin memulai pembicaraan tentang segala hal yang berbau asteroid, hanya satu kata yakni Tunguska," kata Don Yeomans, manajer Objek Asing pada Laboratorium Jet NASA.
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar