Keriuhan yang beberapa hari terakhir menjadi pemandangan di kawasan perbelanjaan Tanah Abang, seiring datangnya bulan suci Ramadhan serta Hari Raya Idul Fitri yang kian mendekat tentu membawa rejeki bagi para pedagang di sana. Tak terkecuali para kuli panggul (porter) yang menjajakan jasanya untuk membawa barang-barang belanjaan pembeli.
Namun, upah sukarela yang diberikan kepada para tenaga porter di pusat perkulakan ini menjadikan penghasilan mereka sangat tak menentu. Asep (25) misalnya. Sudah dua tahun terakhir ia menjadi kuli panggul Blok A, Pasar Tanah Abang. Ketika ditemui siang ini (Minggu, 22/8/2010), Asep sempat bercerita mengenai dukanya menjadi porter.
Setiap harinya, Asep mengaku biasa memanggul 70-80kg barang belanjaan pengunjung dari lantai 5 sampai lantai dasar. Apalagi di bulan Ramadhan seperti sekarang ini, ia bahkan pernah memanggul barang belanjaan hingga 120kg. "Saya pernah memanggul barang beratnya sampai 120 kilo," ujar Asep.
Nah, soal bayaran inilah yang kadang menjadi duka bagi para porter. Biasanya pengunjung membayar jasa porter macam Asep sesuai dengan berat beban belanjaan, dan seberapa jauh jarak barang itu harus diangkut. Asep bercerita, untuk beban sekitar 70-80kg, ia biasa mendapat bayaran Rp.20.000-Rp.50.000.
Tapi, tak jarang pula pengunjung yang hanya membayar sebesar Rp.5.000, padahal berat beban belanjaan yang dipanggul lebih dari 100 kilogram. "Saya pernah cuma di bayar Rp 5.000, padahal barang belanjaannya berat banget, biasanya orang-orang kaya gitu gak ngerti susahnya jadi porter," kata Asep lirih.
Pengalaman tak menyenangkan itu pun pernah dialami Sabri (27). Sama dengan Asep, Sabri pun adalah seorang kuli panggul di Tanah Abang. "Saya ngerasa gak dihargain aja sama orang-orang yang ngasih-nya gak sesuai, udah bawaanya berat, parkir mobilnya jauh, eh ngasihnya cuma Rp.7.000," keluh Sabri.
* Kompas.com
Namun, upah sukarela yang diberikan kepada para tenaga porter di pusat perkulakan ini menjadikan penghasilan mereka sangat tak menentu. Asep (25) misalnya. Sudah dua tahun terakhir ia menjadi kuli panggul Blok A, Pasar Tanah Abang. Ketika ditemui siang ini (Minggu, 22/8/2010), Asep sempat bercerita mengenai dukanya menjadi porter.
Setiap harinya, Asep mengaku biasa memanggul 70-80kg barang belanjaan pengunjung dari lantai 5 sampai lantai dasar. Apalagi di bulan Ramadhan seperti sekarang ini, ia bahkan pernah memanggul barang belanjaan hingga 120kg. "Saya pernah memanggul barang beratnya sampai 120 kilo," ujar Asep.
Nah, soal bayaran inilah yang kadang menjadi duka bagi para porter. Biasanya pengunjung membayar jasa porter macam Asep sesuai dengan berat beban belanjaan, dan seberapa jauh jarak barang itu harus diangkut. Asep bercerita, untuk beban sekitar 70-80kg, ia biasa mendapat bayaran Rp.20.000-Rp.50.000.
Tapi, tak jarang pula pengunjung yang hanya membayar sebesar Rp.5.000, padahal berat beban belanjaan yang dipanggul lebih dari 100 kilogram. "Saya pernah cuma di bayar Rp 5.000, padahal barang belanjaannya berat banget, biasanya orang-orang kaya gitu gak ngerti susahnya jadi porter," kata Asep lirih.
Pengalaman tak menyenangkan itu pun pernah dialami Sabri (27). Sama dengan Asep, Sabri pun adalah seorang kuli panggul di Tanah Abang. "Saya ngerasa gak dihargain aja sama orang-orang yang ngasih-nya gak sesuai, udah bawaanya berat, parkir mobilnya jauh, eh ngasihnya cuma Rp.7.000," keluh Sabri.
* Kompas.com
ternyata jadi porter tak semudah yg kita bayangkan,,, :),, memang manusia diwajibkan bersyukur atas apa yg di berikan-Nya :),,, happy blogging kawan ^^
BalasHapuskasihan sekali yah ternyata
BalasHapusElever