Meski luar biasa kekuatannya, asteroid Bone tak terdeteksi oleh teleskop.
Ledakan misterius pada 8 Oktober 2009 di Bone, Sulawesi Selatan akhirnya terjawab. Bukan ledakan pesawat, melainkan benda langit atau asteroid.
Menurut perkiraan NASA, asteroid yang meledak di Bone berdiameter 10 meter dengan kekuatannya tiga kali bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima atau 50 ribu ton TNT (bahan pembuat bom).
Asteroid Bone adalah salah satu yang terbesar yang pernah diobservasi.
Beruntung, asteroid itu tak menyebabkan kematian dan kehancuran massal. Menurut ahli astronomi, Peter Brown dari University Western Ontario, Canada, kehancuran tak terjadi karena meledak pada ketinggian 15 sampai 20 kilometer di atas permukaan bumi.
Meski luar biasa kekuatannya, asteroid Bone tak terdeteksi teleskop. Tak terbayang jika meteror yang jatuh berukuran lebih besar lalu tak terdeteksi, bencana tak akan terelakan.
Asteroid Bone telah memicu kekhawatiran tentang pertahanan planet bumi terhadap potensi benturan dengan benda-benda langit, terutama dengan ukuran yang lebih kecil (Telegraph, 27 Oktober 2009).
Direktur Minor Planet Centre Cambridge, Massachusetts, Tim Spahr mengingatkan potensi masuknya asteroid-asteroid yang berukuran lebih kecil akan jatuh dan meledak di bumi tanpa peringatan.
Apalagi, hanya sedikit benda langit yang besarannya lebih kecil dari 100 meter bisa diidentifikasi dengan teknologi yang ada saat ini.
"Kita butuh teleskop yang lebih besar untuk mendeteksi benda-benda langit yang lebih kecil," kata dia.
Sebelumnya, asteroid atau bagian komet berukuran 60 meter diduga kuat berada di balik tragedi Tunguska di Rusia pada 1908. Ledakan yang terjadi saat itu diperkirakan 10-15 ribu ton TNT-cukup kuat untuk meledakan sebuah kota besar.
Lembaga Sains dan Teknologi Amerika Serikat telah meminta Gedung Putih untuk segera bertindak mengantisipasi ancaman asteroid, sebelum Oktober 2010.
• VIVAnews
Ledakan misterius pada 8 Oktober 2009 di Bone, Sulawesi Selatan akhirnya terjawab. Bukan ledakan pesawat, melainkan benda langit atau asteroid.
Menurut perkiraan NASA, asteroid yang meledak di Bone berdiameter 10 meter dengan kekuatannya tiga kali bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima atau 50 ribu ton TNT (bahan pembuat bom).
Asteroid Bone adalah salah satu yang terbesar yang pernah diobservasi.
Beruntung, asteroid itu tak menyebabkan kematian dan kehancuran massal. Menurut ahli astronomi, Peter Brown dari University Western Ontario, Canada, kehancuran tak terjadi karena meledak pada ketinggian 15 sampai 20 kilometer di atas permukaan bumi.
Meski luar biasa kekuatannya, asteroid Bone tak terdeteksi teleskop. Tak terbayang jika meteror yang jatuh berukuran lebih besar lalu tak terdeteksi, bencana tak akan terelakan.
Asteroid Bone telah memicu kekhawatiran tentang pertahanan planet bumi terhadap potensi benturan dengan benda-benda langit, terutama dengan ukuran yang lebih kecil (Telegraph, 27 Oktober 2009).
Direktur Minor Planet Centre Cambridge, Massachusetts, Tim Spahr mengingatkan potensi masuknya asteroid-asteroid yang berukuran lebih kecil akan jatuh dan meledak di bumi tanpa peringatan.
Apalagi, hanya sedikit benda langit yang besarannya lebih kecil dari 100 meter bisa diidentifikasi dengan teknologi yang ada saat ini.
"Kita butuh teleskop yang lebih besar untuk mendeteksi benda-benda langit yang lebih kecil," kata dia.
Sebelumnya, asteroid atau bagian komet berukuran 60 meter diduga kuat berada di balik tragedi Tunguska di Rusia pada 1908. Ledakan yang terjadi saat itu diperkirakan 10-15 ribu ton TNT-cukup kuat untuk meledakan sebuah kota besar.
Lembaga Sains dan Teknologi Amerika Serikat telah meminta Gedung Putih untuk segera bertindak mengantisipasi ancaman asteroid, sebelum Oktober 2010.
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar