Karakter setiap orang itu tentunya berbeda antara yang satu dengan yang lainya, begitu pula dengan cara mengatasi masalah yang ada.
Namun, ketika di dalam dunia kerja, banyak keahilan yang perlu dikuasai karyawan agar mampu bertahan di perusahaannya. Jika begitu, karakter mana yang akan lebih banyak bertahan? Ekstrovert atau introvert?
Ilustrasi Cerita:
Steven baru saja kehilangan pekerjaannya sebagai manajer di sebuah perusahaan. Banyak yang menanggapnya karena ia kurangt pandai mengatasi perubahan yang ada.
Namun, ia justru menyangka bahwa sifatnya yang introvertlah yang menyebabkan ini semua terjadi.
Saat menganggur pun, ia malah lebih banyak menghabiskan waktu di rumah daripada berusaha mencari kerja baru dengan menelpon rekan-rekannya atau melakukan networking.
"Saya sudah berusaha, tapi saya selalu merasa tidak nyaman jika harus berkumpul dengan orang-orang yang tidak saya kenal," kata Steven. Tak hanya itu, Steven juga merasa salah sangka saat melakukan sesi wawancara kerja.
"Saya terlalu lama berpikir untuk menjawab pertanyaan penting yang diajukan pewawancara. Istri saya bilang, itu semua karena saya tipe orang introvert yang klasik," sebutnya.
Analisa:
Menurut konsultan karier Wendy Gelberg, dalam kehidupan sehari-hari, orang akan menyebut Steven sebagai orang yang "pemalu" atau introvert. Padahal dua kata itu adalah hal yang berbeda.
"Introvert lebih mengacu kepada orang yang sibuk dengan apa yang ada di pikirannya dibandingkan dengan apa yang terjadi di sekelilingnya. Orang yang introvert juga akan memilih untuk menyendiri jika ingin menyegarkan hati dan pikirannya," kata Wendy.
Berbeda dengan si ekstrovert, yang jika seharian lelah bekerja dan menghabiskan waktu dengan banyak orang, memilih untuk menghabiskan waktu dengan berkumpul bersama teman-teman atau berpesta, orang yang introvert lebih suka menghabiskan harinya dengan menyendiri.
Menurut Wendy, dari observasi yang dilakukannya terhadap orang-orang introvert, mereka menganggap bahwa sifat mereka adalah "aneh" dan "kurang normal". Sementara Anne Fisher, kontributor Aol.com, mengatakan banyak orang lebih menganggap orang yang ekstrovert sebagai orang yang normal dan sesuai dengan standar yang ditetapkan masyarakat.
"Orang yang introvert tidak terlalu suka berkumpul dan menceritakan pengalamannya, maka orang-orang mengatakan orang introvert adalah para penyendiri, sendirian," jelasnya. Lebih jauh dari itu sebuah penelitian dari Myers Briggs dengan responden sebanyak 3.009 orang, didapat hasil bahwa kaum ekstrovert lebih banyak daripada kaum ekstrovert. Perbandingannya, 50,8 persen banding 49,3 persen. Dari jumlah tersebut, lelaki lebih banyka yang introvert (54,1 persen) dibandingkan dengan perempuan (47,5 persen).
"Dan jika orang seperti Steven dan Anda masih merasa bahwa orang introvert tidak lebih baik daripada ekstrovert. Cobalah lihat bahwa orang hebat seperti Bill Gates, Warren Buffett, atau Steven Spielberg menyatakan diri mereka sebagai orang yang introvert," sebut Anne.
Jadi, menurut Anne, meski orang ekstrovert cenderung lebih menonjol saat proses perekrutan karyawan atau di lingkungan kerja, bukan berarti yang introvert tidak bisa melakukan hal yang sama. Sebab, sebuah penelitian mengatakan bahwa dua karakter yang berbeda ini memang punya cara yang berbeda dalam mengolah informasi.
"Jika orang introvert lebih suka berpikir sebelum berbicara, orang ekstrovert berpikir selagi mereka berbicara," kata Anne. Dengan perbedaan cara mengolah informasi tersebut, Wendy menganjurkan agar saat sesi wawancara tiba, sebaiknya orang yang introvert menyiapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang umumnya ditanyakan pewawancara. Jadi si introvert tak perlu waktu lama untuk menjawab pertanyaan, seperti yang dialami Steven.
"Siapkan kertas dan pulpen, tulis kalimat yang ingin diucapkan atau tulis kata kunci dari kalimat yang ingin dikatakan," sarannya. Nah, jika ternyata pewawancara membalikkan pertanyaan atau memberi pertanyaan "menjebak", cobalah sedikit menahan waktu dengan mengatakan, "Pertanyaan yang menarik. Hmm... beri saya waktu sejenak untuk berpikir." Lantas segeralah berpikir dan cari jawaban secepat mungkin. Tapi jika sebuah perusahaan memiliki budaya yang suka menekan pikiran dan diri seorang yang introvert, bisa jadi tempat tersebut memang tidak cocok untuk dijalaninya dalam waktu yang lama.
Tip lainnya, cobalah melakukan riset kecil sebelum melakukan wawancara. Cobalah cari tahu riwayat perusahaan yang akan dimasuki, lihat website-nya, cari berita di media massa tentang perusahaan tersebut, googling riwayat pewawancara, jika memang ada. Nah, riset kecil ini biasanya jarang dilakukan orang yang ekstrovert karena umumnya mereka sudah percaya diri dengan kemampuan berkomunikasi mereka.
"Dengan mencari informasi sebanyak mungkin tentang perusahaan, peluang bisnis perusahaan di masa depan, dan pewawancara. biasanya pewawancara akan tertarik dengan Andak karena menganggap Anda tertarik dengan perusahaannya. Bukan hanya tertarik dengan pekerjaannya atau putus asa karena tak kunjung mendapat pekerjaan," saran Anne.
Adapun masalah networking atau pergaulan di dunia kerja, cobalah untuk mengatasinya sekeras mungkin. "Orang introvert memang harus meluangkan waktu lebih banyak untuk bisa nyaman dengan orang asing. Ini bukan berarti ia harus menghabiskan waktu dengan berlatih bergaul. Lebih baik cobalah selektif dalam memilih pertemuan tertentu yang mungkin bisa bermanfaat untuk karier dan hidup," tegas Wendy.
"Jika ingin membangun jaringan professional, cobalah gunakan jaringan pertemanan sosial di internet. Wadah ini membuat orang introver bisa berpikir sejenak sebelum ?berbicara'. Internet adalah kekuatan buat orang introvert," tutur Wendy.
Nah, jadi ekstrovert atau introvert tak jadi masalah bukan? Yang penting bagaimana seseorang bisa mengatasi karakternya tersebut saat harus berhadapan dengan dunia kerja.
• Okezone.com
Namun, ketika di dalam dunia kerja, banyak keahilan yang perlu dikuasai karyawan agar mampu bertahan di perusahaannya. Jika begitu, karakter mana yang akan lebih banyak bertahan? Ekstrovert atau introvert?
Ilustrasi Cerita:
Steven baru saja kehilangan pekerjaannya sebagai manajer di sebuah perusahaan. Banyak yang menanggapnya karena ia kurangt pandai mengatasi perubahan yang ada.
Namun, ia justru menyangka bahwa sifatnya yang introvertlah yang menyebabkan ini semua terjadi.
Saat menganggur pun, ia malah lebih banyak menghabiskan waktu di rumah daripada berusaha mencari kerja baru dengan menelpon rekan-rekannya atau melakukan networking.
"Saya sudah berusaha, tapi saya selalu merasa tidak nyaman jika harus berkumpul dengan orang-orang yang tidak saya kenal," kata Steven. Tak hanya itu, Steven juga merasa salah sangka saat melakukan sesi wawancara kerja.
"Saya terlalu lama berpikir untuk menjawab pertanyaan penting yang diajukan pewawancara. Istri saya bilang, itu semua karena saya tipe orang introvert yang klasik," sebutnya.
Analisa:
Menurut konsultan karier Wendy Gelberg, dalam kehidupan sehari-hari, orang akan menyebut Steven sebagai orang yang "pemalu" atau introvert. Padahal dua kata itu adalah hal yang berbeda.
"Introvert lebih mengacu kepada orang yang sibuk dengan apa yang ada di pikirannya dibandingkan dengan apa yang terjadi di sekelilingnya. Orang yang introvert juga akan memilih untuk menyendiri jika ingin menyegarkan hati dan pikirannya," kata Wendy.
Berbeda dengan si ekstrovert, yang jika seharian lelah bekerja dan menghabiskan waktu dengan banyak orang, memilih untuk menghabiskan waktu dengan berkumpul bersama teman-teman atau berpesta, orang yang introvert lebih suka menghabiskan harinya dengan menyendiri.
Menurut Wendy, dari observasi yang dilakukannya terhadap orang-orang introvert, mereka menganggap bahwa sifat mereka adalah "aneh" dan "kurang normal". Sementara Anne Fisher, kontributor Aol.com, mengatakan banyak orang lebih menganggap orang yang ekstrovert sebagai orang yang normal dan sesuai dengan standar yang ditetapkan masyarakat.
"Orang yang introvert tidak terlalu suka berkumpul dan menceritakan pengalamannya, maka orang-orang mengatakan orang introvert adalah para penyendiri, sendirian," jelasnya. Lebih jauh dari itu sebuah penelitian dari Myers Briggs dengan responden sebanyak 3.009 orang, didapat hasil bahwa kaum ekstrovert lebih banyak daripada kaum ekstrovert. Perbandingannya, 50,8 persen banding 49,3 persen. Dari jumlah tersebut, lelaki lebih banyka yang introvert (54,1 persen) dibandingkan dengan perempuan (47,5 persen).
"Dan jika orang seperti Steven dan Anda masih merasa bahwa orang introvert tidak lebih baik daripada ekstrovert. Cobalah lihat bahwa orang hebat seperti Bill Gates, Warren Buffett, atau Steven Spielberg menyatakan diri mereka sebagai orang yang introvert," sebut Anne.
Jadi, menurut Anne, meski orang ekstrovert cenderung lebih menonjol saat proses perekrutan karyawan atau di lingkungan kerja, bukan berarti yang introvert tidak bisa melakukan hal yang sama. Sebab, sebuah penelitian mengatakan bahwa dua karakter yang berbeda ini memang punya cara yang berbeda dalam mengolah informasi.
"Jika orang introvert lebih suka berpikir sebelum berbicara, orang ekstrovert berpikir selagi mereka berbicara," kata Anne. Dengan perbedaan cara mengolah informasi tersebut, Wendy menganjurkan agar saat sesi wawancara tiba, sebaiknya orang yang introvert menyiapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang umumnya ditanyakan pewawancara. Jadi si introvert tak perlu waktu lama untuk menjawab pertanyaan, seperti yang dialami Steven.
"Siapkan kertas dan pulpen, tulis kalimat yang ingin diucapkan atau tulis kata kunci dari kalimat yang ingin dikatakan," sarannya. Nah, jika ternyata pewawancara membalikkan pertanyaan atau memberi pertanyaan "menjebak", cobalah sedikit menahan waktu dengan mengatakan, "Pertanyaan yang menarik. Hmm... beri saya waktu sejenak untuk berpikir." Lantas segeralah berpikir dan cari jawaban secepat mungkin. Tapi jika sebuah perusahaan memiliki budaya yang suka menekan pikiran dan diri seorang yang introvert, bisa jadi tempat tersebut memang tidak cocok untuk dijalaninya dalam waktu yang lama.
Tip lainnya, cobalah melakukan riset kecil sebelum melakukan wawancara. Cobalah cari tahu riwayat perusahaan yang akan dimasuki, lihat website-nya, cari berita di media massa tentang perusahaan tersebut, googling riwayat pewawancara, jika memang ada. Nah, riset kecil ini biasanya jarang dilakukan orang yang ekstrovert karena umumnya mereka sudah percaya diri dengan kemampuan berkomunikasi mereka.
"Dengan mencari informasi sebanyak mungkin tentang perusahaan, peluang bisnis perusahaan di masa depan, dan pewawancara. biasanya pewawancara akan tertarik dengan Andak karena menganggap Anda tertarik dengan perusahaannya. Bukan hanya tertarik dengan pekerjaannya atau putus asa karena tak kunjung mendapat pekerjaan," saran Anne.
Adapun masalah networking atau pergaulan di dunia kerja, cobalah untuk mengatasinya sekeras mungkin. "Orang introvert memang harus meluangkan waktu lebih banyak untuk bisa nyaman dengan orang asing. Ini bukan berarti ia harus menghabiskan waktu dengan berlatih bergaul. Lebih baik cobalah selektif dalam memilih pertemuan tertentu yang mungkin bisa bermanfaat untuk karier dan hidup," tegas Wendy.
"Jika ingin membangun jaringan professional, cobalah gunakan jaringan pertemanan sosial di internet. Wadah ini membuat orang introver bisa berpikir sejenak sebelum ?berbicara'. Internet adalah kekuatan buat orang introvert," tutur Wendy.
Nah, jadi ekstrovert atau introvert tak jadi masalah bukan? Yang penting bagaimana seseorang bisa mengatasi karakternya tersebut saat harus berhadapan dengan dunia kerja.
• Okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar