Selama ini, AS bersama dengan belasan negara, melarang masuk para orang asing yang mengidap HIV/AIDS.
AS pun tidak mau memberikan status penduduk tetap (green card) kepada para pemohon yang diketahui mengidap HIV.
Tapi mulai awal tahun depan, para pengidap virus penyakit kekebalan tubuh HIV/AIDS kembali diperbolehkan menyambangi Amerika Serikat (AS).
Ini berkat upaya Presiden Barack Obama yang ingin menyingkirkan larangan bagi pendatang pengidap HIV, yang telah diberlakukan selama 22 tahun.
"Bila kita ingin menjadi pemimpin global memerangi HIV/AIDS, maka kita harus buktikan dengan tindakan," kata Obama di Gedung Putih, Washington DC, Jumat 30 Oktober 2009, sebelum menandatangani perpanjangan program "Ryan White HIV/AIDS" - yaitu program bantuan medis bagi pengidap HIV yang berpenghasilan rendah.
Obama mengungkapkan bahwa penyusunan aturan, yang akan mencabut larangan kunjungan bagi pengidap HIV/AIDS, akan rampung pada Senin pekan depan, 2 November 2009. Proses ini sebenarnya sudah dirintis sejak pemerintahan pendahulu Obama, Presiden George W. Bush.
Larangan yang diberlakukan Departemen Kesehatan AS pada 1987 itu berpengaruh kepada ribuan mahasiswa, turis, dan pengungsi yang mengidap HIV. Selain itu, AS tidak pernah menyelenggarakan konfrensi berskala internasional mengenai HIV/AIDS sejak 1993. Pasalnya, para aktivis yang positif terkena AIDS dan peneliti tidak boleh masuk ke AS.
Selain AS, sebelas negara yang melarang masuk orang asing pengidap HIV/AIDS yaitu Armenia, Brunei, Irak, Libya, Moldova, Oman, Qatar, Rusia, Arab Saudi, Korea Selatan dan Sudan. Demikian menurut lembaga Immigration Equality.
• VIVAnews
AS pun tidak mau memberikan status penduduk tetap (green card) kepada para pemohon yang diketahui mengidap HIV.
Tapi mulai awal tahun depan, para pengidap virus penyakit kekebalan tubuh HIV/AIDS kembali diperbolehkan menyambangi Amerika Serikat (AS).
Ini berkat upaya Presiden Barack Obama yang ingin menyingkirkan larangan bagi pendatang pengidap HIV, yang telah diberlakukan selama 22 tahun.
"Bila kita ingin menjadi pemimpin global memerangi HIV/AIDS, maka kita harus buktikan dengan tindakan," kata Obama di Gedung Putih, Washington DC, Jumat 30 Oktober 2009, sebelum menandatangani perpanjangan program "Ryan White HIV/AIDS" - yaitu program bantuan medis bagi pengidap HIV yang berpenghasilan rendah.
Obama mengungkapkan bahwa penyusunan aturan, yang akan mencabut larangan kunjungan bagi pengidap HIV/AIDS, akan rampung pada Senin pekan depan, 2 November 2009. Proses ini sebenarnya sudah dirintis sejak pemerintahan pendahulu Obama, Presiden George W. Bush.
Larangan yang diberlakukan Departemen Kesehatan AS pada 1987 itu berpengaruh kepada ribuan mahasiswa, turis, dan pengungsi yang mengidap HIV. Selain itu, AS tidak pernah menyelenggarakan konfrensi berskala internasional mengenai HIV/AIDS sejak 1993. Pasalnya, para aktivis yang positif terkena AIDS dan peneliti tidak boleh masuk ke AS.
Selain AS, sebelas negara yang melarang masuk orang asing pengidap HIV/AIDS yaitu Armenia, Brunei, Irak, Libya, Moldova, Oman, Qatar, Rusia, Arab Saudi, Korea Selatan dan Sudan. Demikian menurut lembaga Immigration Equality.
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar