Hasil survei yang dilakukan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Aceh, tercatat populasi harimau Sumatera (Phantera Tigris Sumaterae) di kawasan hutan Aceh tinggal 154 ekor.
"Dari survei yang kami lakukan sejak 2007 hingga 2009, populasi harimau Sumatera tinggal 154 ekor," kata kepala BKSDA Aceh Abubakar di Banda Aceh, Sabtu.
Ia mengatakan di seluruh hutan di Pulau Sumatera saat ini terdapat sekitar 480 ekor harimau, namun populasi terbanyak satwa itu hanya di hutan-hutan di Aceh terutama di kawasan Leuser dan Ulu Masen.
Survei yang dilakukan bersama kalangan LSM tersebut, membentuk sejumlah tim dengan mensurvei 234 kawasan.
Pada setiap kawasan seluas 17 kilometer persegi yang diperkirakan merupakan lintasan harimau tersebut, ditemukan jejak kaki binatang itu maupun ditemukan langsung hewan tersebut.
Menurut dia, populasi hewan yang dilindungi ini semakin menurun akibat berbagai hal di antaranya habitat yang terganggu sehingga makanan utamanya menghilang. Ia mencontohkan di Kabupaten Aceh Selatan, kebun masyarakat banyak yang kotor karena babi yang menjadi hama tanaman turun ke kebun.
"Karena babi yang merupakan salah satu makanan harimau sudah turun ke permukiman penduduk, maka si raja hutan itu juga turun ke kawasan yang berpenduduk," katanya.
Menurut dia, survei yang dilakukan baru sebatas menghitung populasi harimau Sumatera, sedangkan berdasarkan jenis kelamin belum diketahui jumlahnya, karena membutuhkan waktu yang lama. "Memang cukup berat dan perlu waktu untuk melakukan survei terhadap keberadaan harimau ini," katanya.
Dia mengatakan tim yang diturunkan juga banyak, karena medannya sulit. Ia mengatakan ke depan akan dilakukan survei untuk menghitung jumlah harimau berdasarkan jenis kelamin, angka kematian maupun kelahiran satwa tersebut.
• KOMPAS.com
"Dari survei yang kami lakukan sejak 2007 hingga 2009, populasi harimau Sumatera tinggal 154 ekor," kata kepala BKSDA Aceh Abubakar di Banda Aceh, Sabtu.
Ia mengatakan di seluruh hutan di Pulau Sumatera saat ini terdapat sekitar 480 ekor harimau, namun populasi terbanyak satwa itu hanya di hutan-hutan di Aceh terutama di kawasan Leuser dan Ulu Masen.
Survei yang dilakukan bersama kalangan LSM tersebut, membentuk sejumlah tim dengan mensurvei 234 kawasan.
Pada setiap kawasan seluas 17 kilometer persegi yang diperkirakan merupakan lintasan harimau tersebut, ditemukan jejak kaki binatang itu maupun ditemukan langsung hewan tersebut.
Menurut dia, populasi hewan yang dilindungi ini semakin menurun akibat berbagai hal di antaranya habitat yang terganggu sehingga makanan utamanya menghilang. Ia mencontohkan di Kabupaten Aceh Selatan, kebun masyarakat banyak yang kotor karena babi yang menjadi hama tanaman turun ke kebun.
"Karena babi yang merupakan salah satu makanan harimau sudah turun ke permukiman penduduk, maka si raja hutan itu juga turun ke kawasan yang berpenduduk," katanya.
Menurut dia, survei yang dilakukan baru sebatas menghitung populasi harimau Sumatera, sedangkan berdasarkan jenis kelamin belum diketahui jumlahnya, karena membutuhkan waktu yang lama. "Memang cukup berat dan perlu waktu untuk melakukan survei terhadap keberadaan harimau ini," katanya.
Dia mengatakan tim yang diturunkan juga banyak, karena medannya sulit. Ia mengatakan ke depan akan dilakukan survei untuk menghitung jumlah harimau berdasarkan jenis kelamin, angka kematian maupun kelahiran satwa tersebut.
• KOMPAS.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar